Cita Cita Orang Batak ~ smpnegeri1purba.blogspot.com

About

Pages

Kamis, 22 Mei 2014

Cita Cita Orang Batak



Lambaik Manalu
Batak Pos: Demi cita cita, berjalan kaki sejauh 13 km
“ANAKHON HI DO HAMORAON DI AHU” Falsafah orang batak ini, menyatakan anak adalah harta yang paling berharga bagi orang tua. Demi anak, orang tua dengan gigih menyekolahkan anaknya sampai jenjang kualifikasi pendidikan yang dapat ditempuh oleh sianak.
Susi Susanti br Siregar memiliki citacita jadi Polisi, memanfaatkan semangat pendorong dari orang tua untuk menempuh ilmu. Dari tempat tinggal orangtuanya di Dusun Lobu Harambir Desa Bonani Dolok Kecamatan Purba Tua Kabupaten Tapanuli Utara, setiap hari Susi berjalan kaki menuju sekolahnya di SMP Negeri 1 Purba Tua sejauh 13 kilometer selama tiga jam.
Susi, siswa kelas 1 SMPN 1 Purba Tua itu mengakui keresahan hatinya dalam menuntut ilmu. Ketika duduk kelas empat SD, dirinya harus berjalan kaki kesekolah. Awalnya Susi merasa jenuh berjalan. Berawal dari keterpaksaan berjalan kaki, kelamaan akhirnya sudah terbiasa. Jalan yang dilalui sangat sepi dan kondisi jalannya yang mendaki dan menurun. “Mulai kelas empat SD saya harus sekolah ke Desa Purba Tua,” ujarnya.
Di Lobu Harambir dia bersekolah hanya sampai kelas tiga saja. Karena kekurangan tenaga guru di sekolah tersebut sehingga terpaksa muridnya yang pindah ke kota kecamatan melanjutkan studi mereka.
Berangkat kesekolah dari kampungnya pada pukul 05.00 Wib. Susi harus mengisi perut agar memiliki tenaga yang cukup untuk menempuh perjalanan. Bersama teman-temannya mereka berangkat sesubuh itu beramai-ramai dengan menggunakan senter. Udara begitu dingin saat berangkat sekolah, kadang harus menggigil diperjalanan. Mereka tiba disekolah sekitar pukul 7.30 Wib. Terkadang bisa juga terlambat.
Sebelumnya jalan yang mereka lalui adalah jalan setapak mirip jalan tikus. Kemudian pada tahun 2006 Pemkab Tapanuli Utara melakukan pembukaan jalan baru, namun kondisinya saat ini sangat memprihatinkan. Dikanan perbukitan, dikiri terdapat jurang. Bila musim hujan jalan akan sangat licin dan berlumpur. Menurut Susi, sepeda saja susah masuk.
Belum lagi setibanya disekolah, mereka bersama teman-teman sudah berkeringat jagung usai menempuh perjalanan yang begitu jauh. Sehingga pakaian sekolah yang dikenakannya basah oleh air keringatnya sendiri. Kondisi ini sering membuat mereka kurang konsentrasi dalam mengikuti pelajaran di sekolah. Sampai disekolah sudah capek.
Saat cuaca hujan, mereka terkadang menunda keberangkatannya ke sekolah. Bahkan tak jarang mereka kehujanan ditengah jalan ketika berangkat ke sekolah. Di sepanjang jalan lokasi hutan dan kebun kopi, mereka sulit menemukan tempat berteduh. Untung saja beberapa lokasi dalam perjalanan terdapat gubuk kecil yang dibuat oleh petani sebagai tempat beristirahat. Kalau hujannya deras, dia bersama teman-temannya berteduh digubuk itu.
Pulang sekolah sekitar pukul 14.00 Wib. Mereka juga harus menempuh perjalanan pulang seperti waktu berangkat sekolah pagi. Perbedaannya hanya tidak sedingin udara pagi, tapi kondisi perut sudah mulai keroncongan. Untuk makan atau jajan di kantin dekat sekolah, mereka tidak punya bekal uang jajan dari rumah. Untuk bisa bayar uang sekolah saja sudah syukur.
Sesampainya dirumah, Susi langsung mengisi perut dengan lahap. Itupun kalau makanan sudah tersedia dirumah. Terkadang harus memasak dulu, karena orang tua mereka sejak pagi juga sudah pergi bekerja keladang. Memasak makanan sekalian untuk makan malam. Karena mereka pulang sekolah sampai di rumah sudah sore menjelang senja.
Susi Susanti, yang sudah remaja selama bersekolah tidak punya kesempatan membantu orang tua. Baik untuk pekerjaan rumah maupun untuk pekerjaan bertani di ladang mereka untuk meringankan beban orang tua. Atau hitung-hitung sebagai tambahan uang sekolah maupun mendapatkan penghasilan tambahan bagi orang tua mereka sehingga mereka bisa mendapatkan uang jajan.
Dari dusun itu, menurut Susi ada sekitar 30 orang siswa yang sekolah ke Desa Purba Tua. Terkadang ada yang tidak tahan berjalan sejauh itu, mereka minta tinggal dirumah keluarganya yang ada di dekat sekitar sekolah. Untuk menyewa kost terkadang sulit, karena ekonomi yang lemah. Sebagian ada yang putus sekolah karena tidak ada keluarga di dekat sekolah.
Demi cita-citanya menjadi seorang Polisi Wanita (Polwan) Susi Susanti tetap bertahan untuk melanjutkan studinya meski harus berjalan sejauh itu. Dia ingin menjadi orang yang berhasil kelak. Kondisi yang dirasakan sekarang ini dijadikannya sebagai motivasi untuk mendorong semangat hidupnya meraih cita-cita.
“Saya ingin menjadi Polwan,” ujarnya sembari berjalan pulang hanya dengan memakai sendal jepit dan pakaian yang koyak.
Susi mengharapkan Pemkab Tapanuli Untara segera membangun sarana jalan ke kampungnya agar mereka tidak lagi seperti terisolir. Ia ingin agar adik-adiknya kelak tidak lagi merasakan apa yang telah mereka alami jika pembangunan jalan sudah dapat dirampungkan.

0 komentar:

Posting Komentar